Friday, August 22, 2025

Ibn Atha'illah as-Sakandari..buku miftah alfalah wa misbah alarwah


Ibn Atha'illah as-Sakandari..buku  miftah alfalah wa misbah alarwah


 [19:24, 22/08/2025] abpattah: Dzikir yang sempurna adalah ketika seseorang fana dari dirinya sendiri dan dari keadaan fana itu sendiri. Oleh kerana itu, fana dari keadaan fana adalah puncak dari kefanaan. Fana adalah awal dari perjalanan, satu titik awal keberangkatan menuju Allah. Sementara hi-daya datang setelahnya. Yang aku maksudkan dengan hidayah adalah hidayah Allah, sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim dalam Al-Quran,


إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ


"Aku benar-benar pergi menghadap kepada Tuhanku yang akan memberi petunjuk (hidayah) kepadaku." (QS. ash-Shaf-fât [37]: 99)

[19:24, 22/08/2025] abpattah: Dzikir yang sempurna bukan hanya sekadar menyebut lafaz di lidah, tetapi ia adalah keadaan hati yang tenggelam dalam mengingat Allah sehingga seseorang fana — yakni hilang kesedaran dari dirinya sendiri, dari keakuannya, dari sifat-sifat duniawi yang mengikat.


➡️ Fana dari diri sendiri bermaksud seseorang tidak lagi terikat dengan keinginan, hawa nafsu, atau kepentingan diri.

➡️ Fana dari keadaan fana itu sendiri adalah tahap yang lebih tinggi: iaitu tidak lagi menyedari bahawa dia sedang fana. Di sini, tiada lagi rasa "aku sedang berzikir", tiada lagi "aku yang mengingat Allah" — yang ada hanyalah kesedaran penuh bahawa semuanya milik Allah, dan hanya Allah yang wujud.


Inilah yang dimaksudkan dengan puncak kefanaan.


Namun, fana bukanlah tujuan akhir. Ia hanyalah permulaan perjalanan rohani menuju Allah. Selepas fana, seseorang akan dianugerahkan hidayah. Dan hidayah inilah yang menjadi cahaya yang membimbing seseorang untuk benar-benar dekat dengan Allah.


Perkara ini selari dengan firman Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang diabadikan dalam Al-Quran:


“Innii dzaahibun ilaa rabbii sayahdiin”

(Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, Dia pasti akan memberi petunjuk kepadaku).

QS. ash-Shaffat: 99)


Di antara adab berdzikir adalah mengenakan pakai-an yang halal, suci, dan wangi, serta menjaga kesucian perut dengan mengonsumsi makanan halal.

Kemudian adab yang harus diperhatikan di tengah berdzikir adalah menyertakan keikhlasan, meng-harumkan tempat dzikir dengan wewangian yang harum demi malaikat dan jin (muslim), duduk bersila menghadap ke arah kiblat jika sendirian, dan jika ia berada dalam kelompok jamaah, ia bisa mengambil duduk di mana saja. Hendaknya, salik juga meletakkan telapak tangan di atas paha, memejamkan mata, dan menghadap lurus ke depan

Para ulama mengatakan, jika seseorang berada di bawah bimbingan seorang syekh, ia harus mem-bayangkannya di depan dirinya sendiri, karena syekh adalah pendamping dan penunjuk jalan di sepanjang suluknya. Pada awal dzikir, seorang pemula harus me-minta dengan hatinya untuk mendapatkan ilham dari syekhnya, dengan keyakinan bahwa meminta bantuan darinya adalah sama dengan meminta bantuan dari Nabi Muhammad saw. karena syekh adalah wakil Nabi.

[19:26, 22/08/2025] abpattah: Ibn Atha'illah as-Sakandari..buku  miftah alfalah wa misbah alarwah



No comments:

Hariraya Aidui fitri

Hantar Haikal ke Kulim untuk intent di Sime Darby pads11hb 9 2025

  Hantar Haikal ke Kulim untuk intent di Sime Darby pada11hb 9 2025 Perjalanan ke Kulim: Ziarah, Sejarah & Santapan Pada 11 September 20...